RadarSumsel.com-Palembang- Kekacauan di dalam arena Debat kedua Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) yang digelar pada Minggu malam (17/11) di Hotel Zuri Palembang. Harus diusut tuntas pihak atau oknum yang menjadi provokator yang mengakibatkan kericuhan yang terjadi di antara para pendukung. Acara yang semula diharapkan menjadi ajang adu argumen sehat, justru berujung pada kekerasan fisik, peristiwa ini telah mencoreng citra demokrasi.
Peristiwa ini harus diunggkap siapa pihak yang telah memprovokasi kedua masa antar pasangaan calon Pasangan Bupati dan Wakil Bupati OKU. Masyarakat OKU yang menyaksikan kejadian ini pun tak dapat menutupi rasa kecewa mereka. Banyak yang berharap agar pihak Provokator dalam debat ini harus diproses hukum dengan tegas, karena masyarakat telah dirugikan yang seharusnya dapat mendengar visi dan misi dari masing-masing calon dalam memimpin daerah.
Namun, kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya. “Kami kecewa. Debat yang seharusnya menjadi ajang untuk menunjukkan kualitas calon malah berakhir dengan kekerasan. Ini bukan cara yang baik untuk memimpin daerah,” ujar Irwan, seorang warga OKU
Dalam hal ini Bawaslu, KPU dan Kepolisian (GAKUMDU) sudah seharusnya mengungkap dalang provokator didalam arena debat. Ini tidak boleh dibiarkan karena telah mencoreng martabat dan kehormatan masyarakat OKU, sekaligus ini mempermalukan semua pihak yang hadir di acara debat, begitupun juga ini sudah termasuk pelanggaran pemilu. Ujar Zulkifli Tokoh Pemuda OKU
Hal demikian, juga disampaikan oleh kalangan intelektual dan pengamat politik setempat. Mereka menilai bahwa kejadian ini memperburuk citra politik di Kabupaten OKU dan merusak marwah demokrasi. “Ini adalah preseden buruk dalam perjalanan demokrasi kita. Pemilu harusnya menjadi momen untuk menyampaikan gagasan dan solusi, bukan untuk adu jotos. Apa yang terjadi malam ini jelas menunjukkan ketidakmatangan dalam berpolitik,” ungkap Seorang akademisi yang turut mengikuti debat.
Lebih lanjut ia mengatakan. Pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten dan Pihak keamanan harus bertanggung jawab dalam insiden ini. “Kami sangat menyesalkan peristiwa ini terjadi dan menunjukkan keteledoran pihak penyelenggara dan keamanan”. Debat kandidat adalah tempat untuk menunjukkan kualitas dan kedewasaan politik. Kami berharap kejadian ini tidak mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu yang sedang berlangsung.
Akibat kejadian ini, masyarakat semakin skeptis terhadap kualitas pemilu yang akan datang. Banyak yang khawatir bahwa kericuhan serupa bisa kembali terjadi dalam tahapan-tahapan pemilu selanjutnya, terutama jika pengawasan dan keamanan tidak ditingkatkan. “Seharusnya, para calon pemimpin menunjukkan sikap yang lebih bijaksana, bukan hanya mengandalkan retorika. Pemilu adalah kesempatan untuk memilih pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan, bukan untuk menciptakan pertikaian,” ungkap Dika, seorang pemilih muda.
Comment